Mereka berbincang di penghujung malam. Bukan karena cucu mereka telah tidur, atau karena anak-anak yang jarang pulang. Bukan pula karena sanak-saudara jauh yang tak lagi terlihat. Melainkan, karena pada akhirnya, hanyalah mereka berdua—Sekar dan Baskara—ditemani kenangan yang terus berputar. Namun, Sekar dan Baskara tak menyerah. Mereka mencoba merangkai kembali tujuan yang perlahan memudar, menggali makna dari kebersamaan, dan menemukan kembali cinta yang dulu membara. Di tengah segala kekurangan, mereka belajar bahwa cinta sejati bukan sekadar soal memiliki, melainkan tentang bertahan dan menerima.