Rayya, putri seorang kiai di sebuah pesantren, akhirnya berhasil mewujudkan impiannya menjadi mahasiswa kedokteran. Dia berangkat ke Pulau Bali dengan hati berbunga-bunga meskipun beberapa anggota keluarganya ragu akan keputusan itu. Namun, apa yang dibayangkannya indah ternyata lain angan dengan kenyataan. Peristiwa dua kali Bom Bali yang terjadi beberapa tahun sebelumnya menyebabkan tingginya sentimen terhadap umat muslim. Rayya pun menghadapi bullying dari beberapa temannya yang rasis. Standar kuliah yang tinggi, pergaulan bebas, dan persahabatan dengan seorang pemuda Bali, membuat Rayya semakin kebingungan meniti jalan yang dipilihnya sendiri menuju impiannya. Turbulensi kehidupan pun akhirnya memaksanya memahami, bahwa dunia nyata ternyata tak seaman dan senyaman dinding rumah dan tembok pesantren yang selama ini melindunginya.