Ita Fajria Tamim atau biasa dipanggil Ning Ita merupakan seorang dokter sekaligus santri yang lahir dan besar di Pesantren Darul Ulum, Jombang.
Masa kecil hingga remaja ia lalui dengan bahagia, tanpa halangan, nyaris sempurna. Termasuk ketika dalam pengasuhan sang nenek di Mambaul Ma'arif, salah satu pesantren lain di kota yang sama. Berbagai perlakuan istimewa sudah biasa diterimanya karena ia adalah anak pertama dari pengasuh pondok.
Pengasuh Pesantren Nazhatut Thullab Madura tersebut selain menjadi dokter dan penggiat media sosial, ia juga seorang penulis. Salah satu karya terbarunya adalah Novel 'Sekosong Jiwa Kadaver' yang terbit Juli 2023 lalu.
Novel dengan tebal 390 halaman tersebut menceritakan perjalanannya ketika menginjak usia remaja hingga menemukan pendamping hidup. Proses mencari jati diri dengan meninggalkan zona nyaman atas perlakuan istimewa yang selama ini diterimanya.
Dikisahkan, Rayya sebagai tokoh utama bercita-cita menjadi mahasiswa kedokteran, ia sangat mengidolakan dr. Tjipto Mangunkusumo. Berbagai tes masuk perguruan tinggi ia lalui, pada mulanya ia harus menerima kegagalan yang menjadikannya menempuh pendidikan selama satu tahun di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) salah satu kampus di Jogja.
Selama kuliah di sana, Rayya aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus, seperti aktifis dakwah dan juga BEM.
Setahun berlalu, impian menjadi seorang dokter profesional masih terngiang di benaknya. Semangat belajar dan terus berlatih untuk bisa lulus tes di kampus yang diimpikan senantiasa menghiasi hari-harinya.
Pilihan kampus memanglah banyak. Namun kuota dan peluang untuk bisa lulus menjadi pertimbangan kuat bagi Rayya dan keluarganya.
Di Bali, menjadi salah satu pilihan Rayya dan orang tuanya untuk menempuh pendidikan dokter. Memang sebagian keluarga besarnya tidak sepakat dengan keputusan itu, hal ini mengingat di Bali seorang muslim masih menjadi minoritas. Namun kepercayaan yang diberikan orang tuanya menjadikan Rayya bersikukuh kuliah di sana.
Damm! Benar saja yang disangkakan sebagian keluarga besarnya. Setelah Rayya menjalani kehidupan di Bali, perjalanan berliku cukup menguji mentalnya. Standar kuliah yang tinggi, perundungan dari oknum mahasiswa non muslim hingga pergaulan bebas cukup memberikan tantangan tersendiri.
Singkat cerita, setelah menempuh pendidikan kurang lebih empat tahun di Bali, ternyata di rumah, sudah Rayya dipinang beberapa pria. Ada yang datang langsung ke orang tua, ada pula yang melalui kerabatnya. Hal itu Rayya ketahui ketika ia pulang ke kampung halaman sewaktu liburan kuliah tiba.
Setelah ditunjukkan biografinya, dari sekian orang yang melamar, ada satu yang menyita perhatiannya. Kebetulan sebelumnya, ia sudah saling kenal melalui media sosial. Akhirnya, dilangsungkanlah pernikahan. Saat ini, Rayya pun memiliki pendamping hidup untuk menemaninya menyelesaikan studi yang masih kurang tiga tahun.
Bagi kalangan pelajar, pendidik maupun awam, novel ini sangat menginspirasi untuk dibaca. Semangat perjuangan dan ketekunan tokoh selama menempuh pendidikan serta pesan tersirat yang ada dalam cerita memberikan banyak wawasan bagi pembaca.
Seperti kisah Rayya ketika berencana pergi ke sebuah pantai yang jaraknya cukup jauh dengan kosnya di Bali. Ia menyiapkan banyak hal demi menjaga kesuciannya ketika shalat. Hal itu mengingat, perempuan seusianya rawan terjadi keputihan.
Secara medis, selama tidak berbau dan gatal atau berwarna kehijauan, keputihan masih dianggap wajar sebagai cara alami tubuh dalam mengeluarkan bakteri dari rahim. Secara fikih, hukumnya najis seperti halnya air kencing. Setiap wanita harus berhati-hati, karena suci pakaian, badan dan rempat merupakan syarat sah shalat. (Halaman 126).
Namun berbeda dengan novel pada umumnya, buku yang terdiri dari 74 Bab ini tanpa disertai daftar isi. Cerita setiap bab begitu singkat, seperti halnya bab 28 yang hanya terdiri dari 1,5 lembar.
Dengan jumlah bab yang begitu banyak, antara bab satu dengan bab berikutnya terkadang masih dalam satu layar yang sama. Seperti yang terjadi pada akhir bab 44 yang paragrafnya terpotong kemudian dilanjutkan ke bab 45.
Identitas Buku:
Judul: Sekosong Jiwa Kadaver
Penulis: Ita Fajria Tamim
Penerbit: PT Falcon Interactive
Tahun Terbit: Cetakan 1, Juli 2023
Tebal Buku: 390 halaman
Peresensi: Risalatul Mu'awanah, Mahasiswa Pascasarjana UNIPDU Jombang