Home
Pictures
Music
Digital
Publishing
Education
Translate this page
Novel ‘Buya Hamka’ Ungkap Sisi-sisi Kemanusiaan Sang Ulama Besar
17 Oktober 2022

Penulis buku A. Fuadi menerbitkan novel biografi yang berjudul Buya Hamka. Novel ini mengungkapkan kisah hidup dan keteladanan dari tokoh sekaligus ulama besar Indonesia yang bernama asli Abdul Malik Karim Amrullah tersebut.

Novel setebal 376 halaman itu lebih memberikan pendekatan dari sisi kemanusiaan Buya Hamka. Sang penulis berusaha memberikan sudut pandang baru dalam melihat tokoh yang aktif di Muhammadiyah ini sampai akhir hayatnya.

“Cerita orang yang real tentang sejarah, tapi dinarasikan dengan novel. Ini mungkin bisa menambah wawasan karena Hamka selama ini dikenal dari sisi keulamaan. Padahal Hamka juga ada sisi menariknya di luar itu,” kata Fuadi dalam jumpa pers virtual Rabu (8/12).

Dia mengungkapkan, Buya Hamka ibarat taman terbuka yang bisa dilihat dari sudut pandang mana pun. Sebagai manusia, ulama asal Sumatera Barat tersebut juga memiliki sisi humanis yang menarik. Salah satunya, terkait pasang surut hubungan Hamka dengan ayahnya.

“Dia dibenci sama ayahnya sendiri karena ayahnya benci dengan Jepang. Sementara Hamka dekat dengan Jepang. Namun pada akhirnya dia bisa berdamai dengan keadaan,” papar Fuadi yang juga penulis buku Anak Rantau ini.

Selain itu, A. Fuadi menilai sosok Hamka juga termasuk pribadi yang romantis dengan keluarganya. Hal itu diketahuinya setelah melakukan wawancara langsung dengan anak dan cucu dari Buya Hamka untuk kepentingan penulisan novel kelimanya tersebut.

“Ironisnya, dia berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tapi dia ditangkap oleh Indonesia yang dia ikut berjuang memerdekakannya,” ucap Fuadi.

Menulis buku biografi tentang Hamka disebutnya cukup sulit sekaligus menantang. Salah satu tantangannya, literatur yang mengulas tentang Ketua MUI pertama itu sudah sangat banyak. Dia pun dituntut untuk menghadirkan sudut pandang berbeda dari buki-buku yang sudah ada.

“Kalau mau dapat cerita langsung dari orang yang kenal Hamka agak susah. Tapi saya wawancara langsung dengan anak dan cucu beliau. Dari sana saya rekonstruksi kemanusiaan Hamka seperti apa. Dari membaca dan wawancara itu, saya tulis ceritanya,” paparnya.

Fuadi mengaku juga mendapat masukan dan informasi menarik dari salah satu profesor dari Amerika. Dia pun sempat menjalin komunikasi langsung dengan sang profesor bahkan ia dibukakan akses pada sejumlah literatur.

“Itu hasil riset puluhan tahun beliau, dan kontak dia. Jadi saya dapat juga bahan-bahan dari profesor di Amerika melihat Hamka dari perspektif Barat,” tuturnya.

Sementara itu, sutradara film Buya Hamka, Fajar Bustomi mengungkapkan novel Buya Hamka karya A. Fuadi merupakan bagian dari film yang dia sutradarai. Dia sendiri sudah membuat film tentang Hamka dengan durasi sekitar 6 jam untuk 3 film. Filmnya dibintangi oleh Vino G. Bastian.

“Saya anjurkan sebelum menonton filmnya, ada baiknya membaca novel Buya Hamka ini. Karena film memiliki keterbatasan, beda sama buku yang tidak dibatasi oleh halaman. Buku ini bisa menjadi rujukan sebelum menonton filmnya,” kata Fajar Bustomi.